Saat pertama kali ditemukan, yaitu pada abad ke-10, pembalut berasal dari kulit kelinci
Sudah   jamak bagi seorang wanita untuk mendapatkan haid setiap bulannya.   'Penyakit' bulanan ini mulai terjadi sejak wanita berusia sekitar 11   tahun. Setelah itu, seorang wanita akan mengalami siklus menstruasi   selama 31 sampai 44 tahun sepanjang hidupnya.
Sepanjang  siklus menstruasi yang  berlangsung antara 2 sampai 7 hari ini, setiap  wanita memerlukan  pembalut yang nyaman. Padahal, saat pertama kali  ditemukan, yaitu pada  abad ke-10, pembalut yang digunakan oleh suku  Indian Inuit di Eskimo  hanya berupa bantalan dari kulit kelinci.  Sedangkan di Uganda,  pembalutnya berupa potongan kulit pohon. Yang  kemudian populer adalah  penggunaan pembalut dari potongan-potongan kain  bekas.
Pembalut  lalu berevolusi hingga  ditemukan pembalut sekali pakai. Ide awalnya  berasal dari perawat yang  memakai perban dari bubur kayu untuk menyerap  darah menstruasi. Saat  itu, pembalut jenis ini dianggap cukup murah  untuk dibuang setelah  dipakai dan bahan bakunya gampang didapat.
Beralih  dari bubur kertas,  pembalut lalu dibuat dari wol dan katun dengan  bentuk persegi dan diberi  lapisan penyerap. Pada ujung depan dan  belakang dipasang pengait untuk  dikaitkan ke sabuk khusus yang dipakai  di bawah pakaian dalam. Desain  model begini merepotkan karena sering  selip ke depan atau belakang.
Lalu  timbul ide untuk memberi  perekat pada bagian bawah pembalut untuk  dilekatkan pada pakaian dalam.  Pada pertengahan 1980-an pembalut  bersabuk lenyap dari pasaran  digantikan pembalut berperekat. Seperti  yang ada saat ini.
Berbicara  tentang pembalut tentu  juga tidak boleh melupakan faktor kebersihan.  Malas mengganti pembalut  bisa berakibat keputihan atau penyakit kelamin  seperti yang dituturkan  oleh dr. Ryan Thamrin dalam acara talkshow  'Shine with Charm' di Kampus  Perbanas, Setiabudi, Selasa, 4 Oktober  2011.
"Jangan  pernah sepelekan  kebersihan daerah intim saat menstruasi. Ada lima hal   penyebab wanita  kurang memperhatikan penggantian pembalut atau  pantyliner. Malu,  khawatir WC tidak bersih, malas, hemat, lupa. Padahal  jika tidak  diindahkan, dapat berisiko terkena infeksi, mulai dari  keputihan hingga  penyakit kelamin," ujar ginekolog dan seksolog ini.
Dokter  muda ini juga menyarankan  untuk memilih pembalut yang bisa menunjang  kenyamanan beraktivitas.  "Pilihlah pembalut yang nyaman, terutama yang  tidak menimbulkan  kebocoran dan iritasi pada daerah kulit sekitar  vagina. Tidak hanya itu,  perhatikan durasi pemakaian dengan mengganti  pembalut setiap 2-4 jam  sekali," urainya lebih lanjut.
Sumber : http://kosmo.vivanews.com/news/read/252672-pembalut-dulunya-dari-kulit-kelinci


0 Comment:
Posting Komentar